Sunday, December 11, 2011

Momok Bernama Ujian Nasional (2)

0 comments
Setiap guru di depan siswa, selalu membicarakan tentang UNAS. Kepala sekolah sampai tidak bisa tidur dengan nyenyak karena memikirkan UNAS. Sementara siswa lebih suka merenung dan berdiam diri membayangkan seandainya dirinya tidak lulus. Ketika diadakan uji coba UNAS dan siswa yang tidak lulus menjadi bingung, putus asa, stres dan akhirnya menangis tanpa ada sebab yang jelas.
Kemampuan intelegensi siswa pastilah beragam, tetapi dalam menghadapi UNAS semua siswa dipaksa untuk bisa mengerjakan soal yang sama. Sehingga dalam pelaksanaan UNAS tidak ada perbedaan antara sekolah kota dan desa, antara anak orang kaya dan anak orang miskin. Namun betapa sulit dan berat, mau tidak mau UNAS harus dihadapi semua siswa di seluruh Indonesia.
Lebih mengherankan lagi bahwa guru-guru yang mengajar materi mata pelajaran UNAS, tidak boleh mengawasi pelaksanaan UNAS, tidak boleh masuk atau mendekati ruang UNAS, tidak boleh mengkoreksi hasil UNAS dan tidak boleh menilai hasil UNAS siswanya. Berarti guru-guru tersebut hanya boleh mengajar dan harus menanggung resiko apabila ada siswanya yang tidak lulus, serta harus mempertanggungjawabkan selama mengajar kepada kepala sekolah, siswa, orang tua siswa dan masayarakat sekitarnya.
Inilah berhala zaman baru yang sedang dipuja-puja kaum intelektual dan calon-calon intelektual Indonesia. Semoga berhala ini cepat sirna dan kaum intelektual tersadar untuk kembali pada pendidikan yang membumi, tidak lagi mengagung-agungkan sistem pendidikan yang cacat dan lari kepada jalan keluar yang tidak sehat. lintasberita
Powered By LintasBerita

Momok Bernama Ujian Nasional

0 comments
Setiap 5 bulan sebelum Ujian Nasional (selanjutnya UNAS) dilaksanakan dan 1 bulan setelah UNAS dilaksanakan, semua orang membicarakan tentang UNAS. Guru, karyawan sekolah, siswa dan orang tua siswa menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mensukseskan UNAS. Orang tua siswa dikumpulkan di sekolah untuk membicarakan UNAS, guru-guru sering rapat dengan agenda UNAS bahkan pejabat politis menghimbau semua jajarannya untuk berperan aktif mensukseskan UNAS. Kegiatan belajar dioptimalkan, siswa diberi pelajaran tambahan/les UNAS, lembaga-lembaga pendidikan non formal dipenuhi pelajar yang akan menempuh UNAS, siswa diajak untuk mengerjakan soal-soal, kegiatan-kegiatan religius (do’a bersama, istighosah, tirakatan dan meminta dukungan paranormal) pun digiatkan, jam pelajaran ditambah bahkan jam mata pelajaran yang bukan materi UNAS bisa dipakai untuk jam pelajaran UNAS. Di sini timbul permasalahan, bahwa mata pelajaran yang bukan materi UNAS dipandang sebagai pelajaran yang tidak penting. Bagi orang tua yang kurang percaya dengan guru di sekolah, mereka akan membawa anaknya masuk pada lembaga pendidikan non formal. Ikut les tambahan pada lembaga pendidikan non formal adalah salah satu jurus yang paling diminati untuk mensukseskan UNAS. lintasberita
Powered By LintasBerita

Tuesday, August 02, 2011

MENANTI GURU SUPER (2)

0 comments
Suatu kali pernah terdetik gagasan, untuk mengajar dengan kostum superhero, misalnya, daripada memakai baju safari atau uniform yang digariskan pemerintah. Ini karena superhero adalah tokoh yang diidolakan anak-anak, ‘fatwa-fatwa’nya didengar, bahkan baju yang pernah dipakainya pun dijual mahal. Pernah juga terbayang untuk mengajar murid-murid di pasar, stasiun, rumah sakit atau tempat-tempat umum yang lain, sebagai upaya mendekatkan mereka dengan realita keseharian yang diajarkan. Ini karena, realita keseharian, permasalahan, akan lebih dikenali dari dekat ketimbang (menjejalkan) teori-teori yang paling-paling akan dianggap kosong belaka.
Celakanya, ini hanyalah angan mewah di negeri yang kian disipongangi oleh kabar tawuran antar kelompok warga, pernikahan besar-besaran selebriti dengan foto prewedding yang ‘wah’, pesiar anggota dewan ke luar negeri, juga merebaknya video porno pelajar. Kapal retak ini kian membusuk, dikelindani oleh kesulitan ekonomi berkepanjangan, dan akan segera menjadikannya barang rongsok yang diobral pun tak laku.
Pesimiskah ? Justru ini harus dijadikan tantangan, cakra manggilingan, yang akan membawa kapal pendidikan ke lautan damai. Superhero tak lahir dari rahim subur tanpa kendala, melainkan dari mereka yang mampu mengenali masalah dan menemukan formula solusi yang tepat untuknya. Guru super tak mungkin berasal dari sistem pendidikan yang telah dipenuhi fasilitas, melainkan dari situasi krisis yang bahkan tak memungkinkannya untuk mengajar. lintasberita
Powered By LintasBerita

LEAVE YOUR MESSAGE HERE ...


Free chat widget @ ShoutMix