Tuesday, August 25, 2009

HATI-HATI ...

Aneh bin ajaib. Mereka yang di satu pihak mengecam habis radikalisme teroris, ternyata di pihak lain diam saja melihat kejumudan yang melanda bagian lain dari umat ini berabad-abad lamanya. Sebuah artikel KOMPAS edisi Minggu, 16 Agustus 2009 berjudul 'Secangkir Air dari Kalijaga', menyebutkan, "Langsung berhubungan kepada Allah itu tidak sopan. Melalui guru dulu, lalu wali. Ini birokrasi spiritual, terlepas dari terminologi musyrik atau tidak," ujar Dr. Purwadi (seorang dosen Bahasa dan Budaya Jawa Univ. Negeri Yogyakarta yang juga menjadi salah satu kontributor untuk buku Jejak Para Wali dan Ziarah Spiritual, Penerbit Buku Kompas, 2006).
Artikel itu diakhiri dengan komentar, 'Dengan minum air gentong atau membaca kidung (Sunan Kalijaga, pen.), apa jodoh bisa enteng dan rejeki lancar ?' Kalo benar bisa, mengapa masih ada orang miskin, bahkan bertambah banyak dan mengapa biro jodoh pun masih laris?
Halaman lain koran edisi yang sama mengungkapkan kegelisahan Taufik Abdullah, sejarawan terkenal kita, "Bangsa yang cerdas adalah bangsa yang berdasarkan pengetahuan, bukan takhayul" (KOMPAS edisi Minggu, 16 Agustus 2009).
Biar obyektif, sambil mewaspadai gerak kelompok teroris yang dituding sebagai bagian umat Islam radikal, kita juga harus menolak kejumudan yang menimpa bagian terbesar dari umat ini, yang antara lain terwujud dalam penghormatan berlebihan kepada kyai, taklid, takhayul, yang ini semua mengembalikan bangsa ini kepada jaman baheula, yang bahkan lebih buruk dari masa kolonialisasi oleh para penjajah dulu.
Wallahu a'lam.
lintasberita
Powered By LintasBerita

1 comment:

Unknown said...

wow! it's a great opinion^^

LEAVE YOUR MESSAGE HERE ...


Free chat widget @ ShoutMix