Friday, January 15, 2010

Saatnya Bagi Dunia Pendidikan

Kebodohan-lah, yang lebih menjadi persoalan di negeri ini, daripada kemiskinan. Jika sebagian kalangan aktivis berpendapat bahwa kemiskinan adalah persoalan mendasar bangsa kita (hingga seminar tentang kemiskinan dan seribu satu macam cara untuk menghindarinya lebih marak), maka sebenarnya kebodohan-lah, sumber masalah bangsa.

Orang kaya yang bodoh, akan mudah tertipu, hartanya terbuang untuk investasi yang percuma. Sebaliknya, si miskin yang berilmu, akan menemui pandangan hidup yang berkarakter dan menjadikan hidupnya bermanfaat bagi orang lain.

Masalah akan terlihat kian jelas saat kemiskinan berselingkuh dengan kebodohan. Rombongan massa yang mengantri zakat sembako tiap menjelang lebaran biasanya miskin, juga bodoh. Kebodohan membuatnya tak malu untuk menengadahkan tangan tanpa karya. Hanya status miskin dan kesediaan mengantri-lah yang menyebabkannya memperoleh sekadar sebungkus beras dan uang penyambung hidup.

Bagaimana dengan orang berilmu ? Ilmu mereka akan bersinergi dengan otaknya, kemudian menggerakkan tangan dan seluruh anggota badannya, bisa jadi, untuk memanggul kayu bakar, menjual jasa pijat, menarik becak, atau menyewakan payung sebagai peneduh dari panas maupun hujan, yang dengannya didapatlah uang sekadar pengganjal perut.

Bukankah semua pekerjaan memerlukan ilmu ? Betapakah si miskin mendapatkannya ? Para motivator berpendapat, bila seluruh kekuatan kita kerahkan, maka lautan pun dapat diseberangi, gunung bisa dipindahkan, bintang gemintang diduduki.

Ilmu bukan hanya dapat diperoleh di sekolah-sekolah formal, namun begitu banyak ilmu (hikmah) yang berserakan. Hanya karena kebodohan kita pulalah, maka emas tampak sebagai batu biasa, sedang kerikil-kerikil terlihat seperti untaian zamrud penghias dunia.

Pendidikan dapat dilaksanakan di tempat-tempat terhormat bertabur pualam, maupun di daerah-daerah kumuh beratap langit dan berpijakkan bumi telanjang. Pengajaran bisa diberikan oleh semua orang yang berilmu lebih tinggi, tanpa harus dengan latar belakang pendidikan tertentu, dan boleh dinikmati siapapun yang ingin, tanpa batasan umur. Masalahnya adalah, kita terlanjur memandang segalanya dengan sudut pandang formal. Dan kebodohan kita membuat formalisasi itu merajalela. Tak aneh jika di surat kabar marak iklan mendapatkan ijazah dengan jalan mudah dan waktu singkat.

Inilah saatnya bagi dunia pendidikan menampilkan wajah santunnya, menawarkan alternatif bagi bangsa yang penat dari kebodohan yang kian menegas ini.

lintasberita
Powered By LintasBerita

No comments:

LEAVE YOUR MESSAGE HERE ...


Free chat widget @ ShoutMix